Mereka terus mengobrol selama perjalanan, saling share satu sama lain.
“Aku turut prihatin mendengar kisahmu Saeko…” Kouichi merasa prihatin setelah mendengar kisah Saeko.
“Ya begitulah, tapi dengan kehidupan seperti itu, membuatku mandiri…” balas Saeko.
“Jika orang tuaku seperti itu, aku mungkin sudah pergi ke suatu tempat…”
“Hahaha… Kau ini bisa saja…” Saeko tertawa kecil.
“Hmm… ternyata setelah ku lihat, aku kira orang sepertimu akan sulit untuk diajak bicara… tapi setelah lebih dekat mengenaimu, kamu asik juga… anak-anak di kelas aku pikir salah memandangmu Saeko, aku akan memberitahukan teman-teman sekelas untuk lebih akrab denganmu… aku cukup kenal dengan teman-teman sekelas…” kata Kouichi yang terus bicara. Mendengar perkataan tersebut, Saeko terdiam sambil berjalan. Perkataan Kouichi juga mengundang perhatian “Inner” Saeko, dia langsung memberikan saran kepada Saeko.
“Dengar Saeko, orang ini mencoba membuatmu menjadi jinak… kau jangan terlalu mendalami perkataannya…” kata “Inner” Saeko. Melihat Saeko yang tidak merespon semua perkataannya, Kouichi menjadi heran.
“Eh? Saeko? Kau melamun?” kata Kouichi sambil melambaikan tangannya di depan muka Saeko.
“Hee? Maaf Kouichi, kali-kali ini aku kurang tidur, jadi aku sering melamun… maaf ya…” ucap Saeko yang tersadar.
Kemudian mereka telah sampai di gerbang sekolah, mereka diterima oleh murid-murid sekolah dengan dingin, lalu Kouichi ditarik oleh salah satu temannya untuk menjauhi Saeko.
“Eh, tunggu kenapa kau menarikku? Saeko tunggu ya… ” Kouichi langsung kaget ketika ia ditarik oleh temannya. Setelah cukup jauh dari Saeko, Kouichi langsung dinasihati oleh temannya.
“Kau belum tahu gossip yang beredar mengenai Saeko?” kata temannya menanyakan kepada Kouichi.
“Gosip seperti apa?” Kouichi heran.
“Menurut Kiba, Saeko suka pergi malam-malam dan bersama laki-laki yang lebih tua, dia itu seorang pelacur… kau tahu itu?” temannya memberitahukan dengan cara suara yang pelan agar tidak didengar oleh Saeko.
“Kau ini bicara apa? Saeko itu orang yang baik-baik…” Kouichi tidak terima dengan gossip yang menimpa Saeko.
“Kiba melihat dengan mata kepalanya sendiri… setelah itu dia berciuman dan saling bersentuhan…” temannya melanjutkan gossip tersebut.
“Lalu, kalian percaya pada gossip tersebut?” Kouichi mengelak lagi. Setelah Kouichi berbicara itu, teman-temannya malah diam tidak menjawab. “Sudah kuduga, gossip ini tidak ada benarnya… lagi pula kalian percaya pada si tukang gossip Kiba? Kalian cuma tidak tahu siapa Saeko itu sebenarnya… Sudahlah, aku akan ke kelas bersama dia, dia kasihan tidak memiliki teman sama sekali… oke, bye…” Kouichi meninggalkan teman-temannya dan kembali menuju Saeko. “Maaf ya membuatmu menunggu…” sapa Saeko.
“Tidak apa-apa… ayo kita ke kelas…” balas Saeko.
Mereka terus berjalan sampai ke kelas bersama-sama. Saat masuk ke kelas, mereka kembali dipandang buruk oleh teman-teman sekelasnya.
“Oy, kenapa kalian melihat kami seperti itu?” tanya Kouichi. Tapi teman-temannya tidak menjawab pertanyaan Kouichi. “Kami hanya…” tiba-tiba Saeko memegang bahu Kouichi dan memintanya untuk berhenti bicara.
“Stop Kouichi, tidak perlu dijelaskan, mereka telah mengambil takdirnya sendiri…” kata Saeko yang terlihat murung dengan wajah yang dingin. Setelah itu, Saeko langsung duduk di bangkunya yang terletak di belakang kelas dekat jendela, sedangkan Kouichi duduk di tengah kelas, 2 bangku dari depan dan di barisan ketiga dari kanan.
Pelajaran pun dimulai, karena guru sudah masuk. Di dalam kelasnya, Saeko tidak focus terhadap pelajaran dan bahkan gurunya pun tidak memperdulikannya, gossip yang menimpa Saeko menyebar cukup cepat ke seluruh sekolah. Semua murid yang berada di kelasnya terus membuang mukanya dan tidak ingin bertatapan dengan Saeko. Begitu juga dengan Kouichi yang sering dihalangi oleh teman-temannya untuk menjauhi Saeko.
Saeko merasa, dia tidak perlu ke sekolah dan tidak perlu ada di sekolah lagi. Kemudian, pada saat mata pelajaran berlangsung, Saeko pergi ke atas sekolah untuk bolos karena menurut Saeko itu percuma saja ketika ia masuk kelas, teman-temannya selalu mengabaikannya.
Disaat di atap sekolah, Saeko terus diam memikirkan sebuah rencana dengan innernya.
“Kau sedang memikirkan rencana?” tanya Innernya.
“Ya… aku sudah mendapatkan rencana…” tiba-tiba Saeko terkagetkan melihat dari atap sekolah menuju belakang sekolah di samping gudang, karena tempat tersebut sering terbengkalai. “Astaga…”
“Ini lagi kah?” Innernya mengomentari kagetnya Saeko. Saeko terus terpaku melihat Sai dan Ritsu sedang melakukan hubungan seksual di samping gudang tadi, mereka terus bersenggama dengan mulut Ritsu yang ditutupi oleh masker agar tidak menjerit begitu keras.
Lalu Saeko tambah kaget ketika ia melihat detail ke arah selangkangan dari Ritsu, Saeko melihat tidak ada darah yang menempel pada pahanya. Itu berarti Ritsu sudah melakukan hubungan seksual di waktu yang lalu.
“Tidak ada darah… itu berarti…” kata Saeko yang shock.
“Dia sudah melakukan itu sebelumnya…” balas Inner Saeko.
Saeko menggerutu, perasaan kesal, benci, sedih dan kecewa bercampur menjadi satu di dalam otaknya. Dia langsung berpaling pandangannya dari situ.
“Aku akan membunuh Sai!!! Seharusnya aku yang melakukan itu untuk pertama kalinya kepada Ritsu… tidak akan ku terima…” Saeko langsung marah dan mengepal tangannya dengan keras.
“Satu lagi, orang yang membuat semua siswa memandangmu dengan dingin… Kiba… bunuhlah dia…” Inner Saeko menambahkan.
“Tiga hari sebelum acara itu, satu persatu akan tumbang…”
“Aku turut prihatin mendengar kisahmu Saeko…” Kouichi merasa prihatin setelah mendengar kisah Saeko.
“Ya begitulah, tapi dengan kehidupan seperti itu, membuatku mandiri…” balas Saeko.
“Jika orang tuaku seperti itu, aku mungkin sudah pergi ke suatu tempat…”
“Hahaha… Kau ini bisa saja…” Saeko tertawa kecil.
“Hmm… ternyata setelah ku lihat, aku kira orang sepertimu akan sulit untuk diajak bicara… tapi setelah lebih dekat mengenaimu, kamu asik juga… anak-anak di kelas aku pikir salah memandangmu Saeko, aku akan memberitahukan teman-teman sekelas untuk lebih akrab denganmu… aku cukup kenal dengan teman-teman sekelas…” kata Kouichi yang terus bicara. Mendengar perkataan tersebut, Saeko terdiam sambil berjalan. Perkataan Kouichi juga mengundang perhatian “Inner” Saeko, dia langsung memberikan saran kepada Saeko.
“Dengar Saeko, orang ini mencoba membuatmu menjadi jinak… kau jangan terlalu mendalami perkataannya…” kata “Inner” Saeko. Melihat Saeko yang tidak merespon semua perkataannya, Kouichi menjadi heran.
“Eh? Saeko? Kau melamun?” kata Kouichi sambil melambaikan tangannya di depan muka Saeko.
“Hee? Maaf Kouichi, kali-kali ini aku kurang tidur, jadi aku sering melamun… maaf ya…” ucap Saeko yang tersadar.
Kemudian mereka telah sampai di gerbang sekolah, mereka diterima oleh murid-murid sekolah dengan dingin, lalu Kouichi ditarik oleh salah satu temannya untuk menjauhi Saeko.
“Eh, tunggu kenapa kau menarikku? Saeko tunggu ya… ” Kouichi langsung kaget ketika ia ditarik oleh temannya. Setelah cukup jauh dari Saeko, Kouichi langsung dinasihati oleh temannya.
“Kau belum tahu gossip yang beredar mengenai Saeko?” kata temannya menanyakan kepada Kouichi.
“Gosip seperti apa?” Kouichi heran.
“Menurut Kiba, Saeko suka pergi malam-malam dan bersama laki-laki yang lebih tua, dia itu seorang pelacur… kau tahu itu?” temannya memberitahukan dengan cara suara yang pelan agar tidak didengar oleh Saeko.
“Kau ini bicara apa? Saeko itu orang yang baik-baik…” Kouichi tidak terima dengan gossip yang menimpa Saeko.
“Kiba melihat dengan mata kepalanya sendiri… setelah itu dia berciuman dan saling bersentuhan…” temannya melanjutkan gossip tersebut.
“Lalu, kalian percaya pada gossip tersebut?” Kouichi mengelak lagi. Setelah Kouichi berbicara itu, teman-temannya malah diam tidak menjawab. “Sudah kuduga, gossip ini tidak ada benarnya… lagi pula kalian percaya pada si tukang gossip Kiba? Kalian cuma tidak tahu siapa Saeko itu sebenarnya… Sudahlah, aku akan ke kelas bersama dia, dia kasihan tidak memiliki teman sama sekali… oke, bye…” Kouichi meninggalkan teman-temannya dan kembali menuju Saeko. “Maaf ya membuatmu menunggu…” sapa Saeko.
“Tidak apa-apa… ayo kita ke kelas…” balas Saeko.
Mereka terus berjalan sampai ke kelas bersama-sama. Saat masuk ke kelas, mereka kembali dipandang buruk oleh teman-teman sekelasnya.
“Oy, kenapa kalian melihat kami seperti itu?” tanya Kouichi. Tapi teman-temannya tidak menjawab pertanyaan Kouichi. “Kami hanya…” tiba-tiba Saeko memegang bahu Kouichi dan memintanya untuk berhenti bicara.
“Stop Kouichi, tidak perlu dijelaskan, mereka telah mengambil takdirnya sendiri…” kata Saeko yang terlihat murung dengan wajah yang dingin. Setelah itu, Saeko langsung duduk di bangkunya yang terletak di belakang kelas dekat jendela, sedangkan Kouichi duduk di tengah kelas, 2 bangku dari depan dan di barisan ketiga dari kanan.
Pelajaran pun dimulai, karena guru sudah masuk. Di dalam kelasnya, Saeko tidak focus terhadap pelajaran dan bahkan gurunya pun tidak memperdulikannya, gossip yang menimpa Saeko menyebar cukup cepat ke seluruh sekolah. Semua murid yang berada di kelasnya terus membuang mukanya dan tidak ingin bertatapan dengan Saeko. Begitu juga dengan Kouichi yang sering dihalangi oleh teman-temannya untuk menjauhi Saeko.
Saeko merasa, dia tidak perlu ke sekolah dan tidak perlu ada di sekolah lagi. Kemudian, pada saat mata pelajaran berlangsung, Saeko pergi ke atas sekolah untuk bolos karena menurut Saeko itu percuma saja ketika ia masuk kelas, teman-temannya selalu mengabaikannya.
Disaat di atap sekolah, Saeko terus diam memikirkan sebuah rencana dengan innernya.
“Kau sedang memikirkan rencana?” tanya Innernya.
“Ya… aku sudah mendapatkan rencana…” tiba-tiba Saeko terkagetkan melihat dari atap sekolah menuju belakang sekolah di samping gudang, karena tempat tersebut sering terbengkalai. “Astaga…”
“Ini lagi kah?” Innernya mengomentari kagetnya Saeko. Saeko terus terpaku melihat Sai dan Ritsu sedang melakukan hubungan seksual di samping gudang tadi, mereka terus bersenggama dengan mulut Ritsu yang ditutupi oleh masker agar tidak menjerit begitu keras.
Lalu Saeko tambah kaget ketika ia melihat detail ke arah selangkangan dari Ritsu, Saeko melihat tidak ada darah yang menempel pada pahanya. Itu berarti Ritsu sudah melakukan hubungan seksual di waktu yang lalu.
“Tidak ada darah… itu berarti…” kata Saeko yang shock.
“Dia sudah melakukan itu sebelumnya…” balas Inner Saeko.
Saeko menggerutu, perasaan kesal, benci, sedih dan kecewa bercampur menjadi satu di dalam otaknya. Dia langsung berpaling pandangannya dari situ.
“Aku akan membunuh Sai!!! Seharusnya aku yang melakukan itu untuk pertama kalinya kepada Ritsu… tidak akan ku terima…” Saeko langsung marah dan mengepal tangannya dengan keras.
“Satu lagi, orang yang membuat semua siswa memandangmu dengan dingin… Kiba… bunuhlah dia…” Inner Saeko menambahkan.
“Tiga hari sebelum acara itu, satu persatu akan tumbang…”