Tanpa basa-basi, Ritsu menampar Saeko.
*plak
Sai dan Kouichi terkaget melihat apa yang terjadi, karena ini baru pertama kalinya.
“Kenapa kau tidak sekolah?” tanya Ritsu dengan muka marah.
“Aku…” Saeko tidak bisa menjawab. Karena Saeko melihat Ritsu yang menangis.
“Rin dan Len mati, dan saat itu hanya kau yang tidak ada… apa kau tidak menghormati kematian mereka? Dimana Saeko yang akan selalu menemaniku disaat aku senang maupun sedih hah?” Ritsu bertanya kembali pada Saeko.
“Maafkan aku Ritsu, aku tidak bermaksud begitu… aku hanya…” perkataan Saeko terpotong oleh Ritsu.
“Hanya apa? Rin dan Len adalah orang yang baik, sangat baik…” timpal Ritsu.
“Tapi…” kembali, perkataan Saeko tidak sampai akhir, Ritsu menimpalnya lagi.
“Tapi apa?” tiba-tiba Kouichi ikut campur.
“Sudah, sudah… tetangga Saeko melihat kita, itu tidak bagus…” ujar Kouichi.
“Oke, cukup… kita sudah pada akhirnya Busujima… aku tidak akan mengenal siapa dirimu lagi…” kata Ritsu mengakhiri pembicaraan.
“Ritsu… kau…” kata Saeko, Ritsu pun pergi dari rumah Saeko tanpa pamit.
“Maaf, Saeko sepertinya aku harus pulang juga… Ayo Kouichi…” Sai pamit kepada Saeko.
“Maaf ya Saeko…” tambah Kouichi.
Mereka pun pulang ke rumahnya masing-masing, Saeko juga kembali kedalam rumah, dan pergi ke kamarnya.
*brug
Saeko berbaring di kasur dan menutupi mukanya dengan bantal, lalu menangis.
“Aku tidak tahu, akan berakhir seperti ini… ternyata kenikmatan ini berakhir dengan tragis…” kata Saeko.
“Siapa bilang? Ini baru permulaan Saeko…” balas dirinya yang lain.
“Kau tidak melihat tadi? Saeko mulai menjauhiku…” gertak Saeko.
“Aku tahu itu, tapi kehidupan seperti itu bertolak belakang dengan nikmat yang kamu sering rasakan selama ini ketika mengoyak-oyak tubuh…” dirinya yang lain membalasnya lagi.
“Aku mencintai Ritsu, dia merupakan teman yang selalu bersamaku, aku tahu Saeko orang yang sangat sensitif… tapi jika aku kehilangan dirinya… aku seperti debu yang berarti…” kata Saeko.
“Mencintai seseorang berlebihan itu akan membuatmu terjatuh lebih sakit… itulah yang kau rasakan sekarang ini…” Perkataan dirinya yang lain membuat Saeko terdiam, dan tidak bisa berkata apa-apa. “Sekarang hanya kita berdua… kita akan membuat kehidupan baru… sesuai dengan hasrat dan apa yang kamu sesungguhnya inginkan… turutilah apa kata-kataku, maka kau akan merasakan nikmat yang kamu nanti-nantikan…” rayu dirinya yang lain.
“…….” Saeko terdiam.
“Hmm? Bagaimana?” rayunya lagi.
“B, baiklah….” Akhirnya Saeko menurut.
“Bagus… dimulai dari sekarang kau harus menurut apa kata-kataku” balasnya.
Dari situ, Saeko merubah kehidupannya, menuju jalan yang lebih gelap, dan lebih gelap lagi. Dirinya yang lain membawa Saeko ke arah yang salah, namun Saeko tidak bisa berbuat apa-apa, Saeko hanya menurut.
Malam pun akhirnya tiba, dan dirinya yang lain dengan Saeko sedang merencanakan sesuatu. Mereka sedang memilih baju untuk pergi ke suatu tempat. Setelah Saeko mencari baju-baju yang cocok, akhirnya Saeko mempunyai satu yang pas, jacket kulit hitam, baju ketat dan mini jeans serta fishnet (jaring) dan juga Saeko tidak lupa membawa pisau bedah kesayangannya. Saeko mulai memakainya, dan mulai bertanya.
“Kemana kita akan pergi?” tanya Saeko ke dirinya yang lain.
“Kau juga akan tahu nanti… kita akan mendapatkan uang yang banyak” jawab dirinya yang lain.
Lalu tepat pada malam hampir larut, Saeko mulai pergi keluar rumah, dan mengunci rumah. Dirinya yang lain membawanya menuju sebuah tempat, tidak lain adalah sebuah bar. Saeko bertemu dengan seorang penjaga bar yang terlihat kasar dan sangat, tapi memakai jas dan tertata rapi.
“Kau masih kecil, berapa usiamu?” tanya penjaga pintu.
Saeko terdiam malu-malu.
“Biar aku yang ambil alih sekarang Saeko” ucap dirinya yang lain.
Kemudian dirinya yang lain mengambil alih.
“17, memang kenapa?” jawab Saeko dengan kasar.
“Kau dibawah umur… sana pergi…” kata penjaga pintu mengusir.
“Memang kenapa jika aku dibawah umur, aku punya banyak uang, dan aku seorang alkoholik…” balas Saeko dengan galak.
“Eeehhh, baiklah…” akhirnya si penjaga pintu itu membolehkan Saeko masuk.
Akhirnya Saeko masuk kedalam, melihat banyak pria-pria berdasi, sepertinya dari kalangan pengusaha dan orang-orang kaya.
“Aku tidak suka tempat ini…” kata Saeko yang asli.
“Kita akan mendapatkan uang yang banyak…” balas dirinya yang lain.
“Apa kau akan menjual tubuhku?” tanya Saeko dengan kaget.
“Aku pun tidak mau jika melakukan itu, kau lihat saja…” jawabnya.
Lalu Saeko pun duduk dan memesan minuman. Tiba ada seorang pria mendekati Saeko dan duduk disebelahnya.
“Kamu mau memesan apa?” tanya pria tersebut.
“Aku baru saja ingin memesan, aku pesan Whiski saja…” jawab Saeko.
“Hmm… sepertinya kau… masih muda… dan perawan…” kata pria tersebut dengan nada yang mabuk.
“Ya, memang kenapa?” Saeko bertanya.
“Hmm… sempurna… maukah kau…” lalu si pria itu berbisik kepada Saeko.
*ssshhh
“Hmm… itu ya… baiklah… tapi aku tidak mau di dalam ruangan… aku lebih suka diluar, bagaimana?” Saeko menyetujuinya “namun, kamu punya uang berapa?” Saeko bertanya tentang uang yang dimilikinya.
Pria itu mengeluarkan uangnya, dan terlihat banyak sekali, namun Saeko menawarkan yang lebih tinggi.
“Hmm… itu masih kurang…” respon Saeko.
“eh? baiklah…” orang itu mengeluarkan lagi.
“Baiklah…” akhirnya Saeko dan orang tersebut pergi kebelakang ruangan dan menuju pintu belakang, karena di dalam bar itu ramai sekali, jadi tak ada satupun yang memperhatikan mereka berdua. Mereka pun berada di gang belakang bar tersebut. Orang tersebut mulai mendekati Saeko dan mulai menciumi serta menjilati leher Saeko.
Namun dibalik itu semua, tanpa disadari orang tersebut, Saeko mengantongi pisau bedah, Saeko mulai mengodok kantongnya lalu mengeluarkan pisau bedahnya tanpa sepengetahuan orang itu. Kemudian Saeko mengangkat tangannya dan dengan cepat, Saeko menusukkan pisau bedah itu kepala orang itu.
*cleb
Orang itu terkapar dan tak sadarkan diri karena pisau bedah Saeko mencapai otaknya, lalu saat orang itu terkapar, Saeko menggorok lehernya tepat di urat nadi untuk memastikan bahwa orang itu mati. Lalu Saeko mengambil uang yang ada di orang tersebut. Sesudah itu, Saeko mengantonginya, tapi Saeko ketahuan, oleh seorang anak muda lebih muda darinya seperti anak jalanan tak jauh darinya karena berpapasan, tanpa basa-basi, Saeko melemparkan pisau bedahnya kearah kepalanya, dan pisau itu pas menancab di kepala anak itu, kemudian Saeko berlari ke anak itu, dan mengambil pisau bedahnya, kemudian ia kabur dari tempat tersebut.
“Itu tadi hampir saja…” kata Saeko yang lain sambil berjalan menjauhi tempat tadi.
“Kau memang gila…” kata Saeko yang asli.
“Kita akan gunakan uang ini untuk sesuatu yang lebih penting, lebih modern, untuk membunuh seseorang…” balas Saeko yang lain.
Saeko pun berjalan pulang ke rumahnya. Karena jalanan sudah sepi, jadi tidak ada yang memperhatikan atau curiga.
Created by Rein Zukaichi & Upload by Aldo Ferdiansyah
Penulis : AOV2 ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi
0 komentar:
Posting Komentar