Saeko semakin rajin mengikuti club Kendo, tanpa Saeko ketahui, Ritsu juga mengikuti Kendo. Saeko senang akan kabar itu, namun ada 1 hal yang membuatnya sedikit cemburu, Ritsu juga selain mengikuti Kendo, dia mengikuti club-club yang lain yang membuatnya sangat sibuk.
Pada saat pulang sekolah, mereka bertemu membicarakan tentang club mereka.
“Saeko…?” seru Ritsu dari jauh sambil m
Pada saat pulang sekolah, mereka bertemu membicarakan tentang club mereka.
“Saeko…?” seru Ritsu dari jauh sambil m
elambaikan tangan.
“Ritsu…” balas Saeko, lalu Saeko pun berjalan menghampiri Ritsu.
“Hey, apa kau mengikuti club?” tanya Ritsu.
“Ya…” jawab Saeko.
“Wah, kamu punya keberanian juga untuk mengikuti club…” kata Ritsu menyinggung Saeko.
“Hehehe, a, a, aku sempat berfikir juga… hehehe” balas Saeko sambil menggaruk-garuk kepala.
“Oh ya, by the way, club apa yang kamu ikuti?” Ritsu kembali bertanya.
“Eeeehhh, aku… ikut club Kendo…” jawab Saeko.
“Eh? Kendo? Kenapa tidak bilang… aku juga ikut club Kendo…” balas Ritsu terkejut.
“Eh? Kau juga? Tapi aku tidak pernah melihatmu… kau hari apa saja?” tanya Saeko dengan sedikit heran.
“Aku setiap Kamis dan Sabtu…” jawab Ritsu.
“Pantas…” balas Saeko dengan tertunduk.
“Hmm… kenapa…?” Ritsu heran terhadap Saeko.
“T, tidak… tidak apa-apa…” jawabnya.
“Memangnya kamu hari apa…?” Ritsu bertanya kembali.
“Aku hari Senin dan Rabu…” Saeko kembali menjawab pertanyaan Ritsu.
“Hmm… begitu rupanya…”
“Ehhh, Ritsu… apakah kau bisa pulang denganku lagi…?” tanya Saeko dengan malu untuk mengajaknya pulang bersama.
“Maaf, Saeko… aku ikut OSIS, jadi mungkin hari ini aku ada rapat… maaf ya…” jawab Ritsu dengan raut muka meminta maaf.
“Oh… tidak apa-apa…” Saeko terlihat lesu.
Lalu tiba-tiba dari jauh seseorang memanggil Ritsu.
“Ritsu…” sahut seseorang.
“Eh, Rin… Len…” jawab Ritsu.
Rin dan Len mendekati Ristu.
“Len… Rin… hai…” salam Saeko kepada mereka berdua.
Tapi salam Saeko yang diberikan kepada mereka tidak dijawab sama sekali. Malah dibalas dengan wajah yang terlihat kesal. Len dan Rin adalah teman kecil Ritsu dan Saeko, namun Rin tidak pernah menyukai Saeko, begitu juga Len yang pertama sering mengejek Saeko, karena tragedi yang terjadi kepada Kiba oleh Saeko, Len menjadi lebih dingin kepada Saeko, dan tidak pernah mengejeknya lagi, namun dia hanya memberikan raut muka yang dingin.
“Ritsu… nanti siang kata ketua OSIS kita rapat…” Len memulai perbincangan.
“OK baiklah…” jawab Ritsu.
“Ritsu, ada yang aku perlu bicarakan denganmu… ini tentang club kita…” kata Rin.
“Ada apa…?” tanya Ritsu dengan heran.
“Kita bicarakan di tempat lain… ayo…” Lalu Rin menarik tangan Ritsu dan membawa pergi.
“Tunggu Rin… Saeko, nanti kita bicara lagi ya…” kata Ritsu.
Sesudah Rin, Len dan Ritsu pergi dari penglihatan Saeko, Saeko tampak marah dengan kepala tertunduk sambil mengepalkan tangannya. Dari kejadian itu, Saeko mulai merasakan benci kepada Rin, karena dari dulu ia tidak pernah memandang Saeko dengan baik.
“Hmm? Ada yang berbeda darimu… ini bukan kemauanku…” kata diri Saeko yang lain.
“A, a, aku…” Saeko tidak melanjutkan kata-katanya.
“Aku mengerti, tunggu disaat yang tepat… sekarang saatnya kita pulang, aku ingin melakukan sesuatu dengan mu…” balas diri Saeko yang lain.
“B, baiklah…” Lalu Saeko pun pulang kerumahnya sendirian. Selama di perjalanan Saeko hanya tertunduk dan dengan wajah yang pikirannya kosong.
Sesampai dirumahnya, Saeko langsung menuju dapur dan membuat makan malam. Saeko sudah bisa memasak karena bantuan Ritsu. Saat di dapur, Saeko masih terlihat kesal dengan Rin, di dalam benaknya, dia terus teringat wajah Rin yang biasa Rin perlihatkan kepada. Saking kesal yang dirasakan Saeko, Saeko menancapkan pisau di tempat pemotong sayuran.
“HHAAAAAA……” teriak Saeko sambil mengangkat tangannya dengan pisau.
*tap
Pisau itu tertancap.
“Hey hey hey… ini memang bukan kau yang kemarin… ehehehe apa kau mulai merasakan apa itu…” perkataan diri Saeko yang lain terpotong.
“Ya, ya, ya, ya… grrrrhhhh… wajah itu… a, aku ingin menghapusnya…” kata Saeko dalam hatinya membalas perkataan dirinya yang lain.
“Baiklah… tapi kau tidak tahu cara membunuh manusia kan?” tanya dirinya yang lain.
“A, aku pernah… memukul seseorang dengan keras dengan penggaris besi hingga ia bercucuran darah…” jawab Saeko didalam hatinya.
“Ooohhh…” balas dirinya yang lain.
“T, t, tapi aku belum siap… mungkin nanti saja…” Saeko menghentikan niat membunuhnya.
“Baiklah jika itu maumu…” diri Saeko yang lain hilang dan berhenti, Saeko pun kembali normal.
Keesokan harinya, Ritsu tidak berbicara kepada Saeko. Ini aneh tidak seperti biasa, sepanjang pelajaran kelas berlangsung hingga istirahat, Saeko hanya melamun.
“Saeko, Saeko, Saeko…” panggil Sakura, namun Saeko tidak menjawab, Saeko masih melamun. Sakura mulai memanggil dengan keras sambil memukul meja Saeko, “SAEKO…”. Saeko pun terkaget.
“EH, apa? Apa?” tanya Saeko kepada Sakura dengan nada yang kaget.
“Heeeehhh, lagi-lagi kau melamun…” jawab Sakura.
“Hmm ada apa…?” Saeko kembali bertanya.
“Aku hanya ingin meminjam novel yang kemarin kamu bawa… apa sekarang kamu bawa…?” kata Sakura.
“Oh tunggu sebentar…” Saeko membuka tasnya dan mengambil novel. “Ini…” Saeko memberikan novel itu kepada Sakura.
“Terima kasih Saeko…” balas Sakura sambil mengambil novel yang ia berikan.
Tidak lama kemudian, Saeko melihat Rin dan Len masuk ke ruangan kelas Saeko, Rin langsung membawa Ritsu keluar kelas bersama Len. Kembali, Rin menampilkan wajah yang tidak enak dilhat oleh Saeko. Namun Saeko tidak kesal seperti kemarin, dia malah tersenyum, karena sudah tahu bahwa tujuannya sudah dekat.
“Hehehe, sebentar lagi…” kata Saeko diam-diam.
“Ritsu…” balas Saeko, lalu Saeko pun berjalan menghampiri Ritsu.
“Hey, apa kau mengikuti club?” tanya Ritsu.
“Ya…” jawab Saeko.
“Wah, kamu punya keberanian juga untuk mengikuti club…” kata Ritsu menyinggung Saeko.
“Hehehe, a, a, aku sempat berfikir juga… hehehe” balas Saeko sambil menggaruk-garuk kepala.
“Oh ya, by the way, club apa yang kamu ikuti?” Ritsu kembali bertanya.
“Eeeehhh, aku… ikut club Kendo…” jawab Saeko.
“Eh? Kendo? Kenapa tidak bilang… aku juga ikut club Kendo…” balas Ritsu terkejut.
“Eh? Kau juga? Tapi aku tidak pernah melihatmu… kau hari apa saja?” tanya Saeko dengan sedikit heran.
“Aku setiap Kamis dan Sabtu…” jawab Ritsu.
“Pantas…” balas Saeko dengan tertunduk.
“Hmm… kenapa…?” Ritsu heran terhadap Saeko.
“T, tidak… tidak apa-apa…” jawabnya.
“Memangnya kamu hari apa…?” Ritsu bertanya kembali.
“Aku hari Senin dan Rabu…” Saeko kembali menjawab pertanyaan Ritsu.
“Hmm… begitu rupanya…”
“Ehhh, Ritsu… apakah kau bisa pulang denganku lagi…?” tanya Saeko dengan malu untuk mengajaknya pulang bersama.
“Maaf, Saeko… aku ikut OSIS, jadi mungkin hari ini aku ada rapat… maaf ya…” jawab Ritsu dengan raut muka meminta maaf.
“Oh… tidak apa-apa…” Saeko terlihat lesu.
Lalu tiba-tiba dari jauh seseorang memanggil Ritsu.
“Ritsu…” sahut seseorang.
“Eh, Rin… Len…” jawab Ritsu.
Rin dan Len mendekati Ristu.
“Len… Rin… hai…” salam Saeko kepada mereka berdua.
Tapi salam Saeko yang diberikan kepada mereka tidak dijawab sama sekali. Malah dibalas dengan wajah yang terlihat kesal. Len dan Rin adalah teman kecil Ritsu dan Saeko, namun Rin tidak pernah menyukai Saeko, begitu juga Len yang pertama sering mengejek Saeko, karena tragedi yang terjadi kepada Kiba oleh Saeko, Len menjadi lebih dingin kepada Saeko, dan tidak pernah mengejeknya lagi, namun dia hanya memberikan raut muka yang dingin.
“Ritsu… nanti siang kata ketua OSIS kita rapat…” Len memulai perbincangan.
“OK baiklah…” jawab Ritsu.
“Ritsu, ada yang aku perlu bicarakan denganmu… ini tentang club kita…” kata Rin.
“Ada apa…?” tanya Ritsu dengan heran.
“Kita bicarakan di tempat lain… ayo…” Lalu Rin menarik tangan Ritsu dan membawa pergi.
“Tunggu Rin… Saeko, nanti kita bicara lagi ya…” kata Ritsu.
Sesudah Rin, Len dan Ritsu pergi dari penglihatan Saeko, Saeko tampak marah dengan kepala tertunduk sambil mengepalkan tangannya. Dari kejadian itu, Saeko mulai merasakan benci kepada Rin, karena dari dulu ia tidak pernah memandang Saeko dengan baik.
“Hmm? Ada yang berbeda darimu… ini bukan kemauanku…” kata diri Saeko yang lain.
“A, a, aku…” Saeko tidak melanjutkan kata-katanya.
“Aku mengerti, tunggu disaat yang tepat… sekarang saatnya kita pulang, aku ingin melakukan sesuatu dengan mu…” balas diri Saeko yang lain.
“B, baiklah…” Lalu Saeko pun pulang kerumahnya sendirian. Selama di perjalanan Saeko hanya tertunduk dan dengan wajah yang pikirannya kosong.
Sesampai dirumahnya, Saeko langsung menuju dapur dan membuat makan malam. Saeko sudah bisa memasak karena bantuan Ritsu. Saat di dapur, Saeko masih terlihat kesal dengan Rin, di dalam benaknya, dia terus teringat wajah Rin yang biasa Rin perlihatkan kepada. Saking kesal yang dirasakan Saeko, Saeko menancapkan pisau di tempat pemotong sayuran.
“HHAAAAAA……” teriak Saeko sambil mengangkat tangannya dengan pisau.
*tap
Pisau itu tertancap.
“Hey hey hey… ini memang bukan kau yang kemarin… ehehehe apa kau mulai merasakan apa itu…” perkataan diri Saeko yang lain terpotong.
“Ya, ya, ya, ya… grrrrhhhh… wajah itu… a, aku ingin menghapusnya…” kata Saeko dalam hatinya membalas perkataan dirinya yang lain.
“Baiklah… tapi kau tidak tahu cara membunuh manusia kan?” tanya dirinya yang lain.
“A, aku pernah… memukul seseorang dengan keras dengan penggaris besi hingga ia bercucuran darah…” jawab Saeko didalam hatinya.
“Ooohhh…” balas dirinya yang lain.
“T, t, tapi aku belum siap… mungkin nanti saja…” Saeko menghentikan niat membunuhnya.
“Baiklah jika itu maumu…” diri Saeko yang lain hilang dan berhenti, Saeko pun kembali normal.
Keesokan harinya, Ritsu tidak berbicara kepada Saeko. Ini aneh tidak seperti biasa, sepanjang pelajaran kelas berlangsung hingga istirahat, Saeko hanya melamun.
“Saeko, Saeko, Saeko…” panggil Sakura, namun Saeko tidak menjawab, Saeko masih melamun. Sakura mulai memanggil dengan keras sambil memukul meja Saeko, “SAEKO…”. Saeko pun terkaget.
“EH, apa? Apa?” tanya Saeko kepada Sakura dengan nada yang kaget.
“Heeeehhh, lagi-lagi kau melamun…” jawab Sakura.
“Hmm ada apa…?” Saeko kembali bertanya.
“Aku hanya ingin meminjam novel yang kemarin kamu bawa… apa sekarang kamu bawa…?” kata Sakura.
“Oh tunggu sebentar…” Saeko membuka tasnya dan mengambil novel. “Ini…” Saeko memberikan novel itu kepada Sakura.
“Terima kasih Saeko…” balas Sakura sambil mengambil novel yang ia berikan.
Tidak lama kemudian, Saeko melihat Rin dan Len masuk ke ruangan kelas Saeko, Rin langsung membawa Ritsu keluar kelas bersama Len. Kembali, Rin menampilkan wajah yang tidak enak dilhat oleh Saeko. Namun Saeko tidak kesal seperti kemarin, dia malah tersenyum, karena sudah tahu bahwa tujuannya sudah dekat.
“Hehehe, sebentar lagi…” kata Saeko diam-diam.
Created by Rein Zukaichi & Upload by Aldo Ferdiansyah
0 komentar:
Posting Komentar