Chapter 1 # The Feeling that never felt before

Background
Saeko Busujima, seorang anak remaja pendiam, dan memiliki kepribadian yang aneh. Dia menikmati ketika ia membunuh orang dan mengoyak-ngoyak tubuh korbannnya.
Saeko Busujima dari kecil sangat suka operasi karena pekerjaan ayahnya seorang polisi, dan ibunya seorang dokter bedah dan ahli dalam masalah organ dalam. Saeko sering bertanya pada ayahnya tentang foto-foto mayat-mayat yang tubuh
nya hancur, dia tidak merasa jijik melihat foto-foto tersebut, dia malah tertarik dengan itu, lalu dia mengambil salah satu foto dari meja ayahnya di kamar orang tua tanpa sepengetahuan orang tuanya. Dia dengan asyik mempelajari organ-organ dalam dari foto-foto ayahnya.
Dia pertama kali melakukan operasi yaitu kepada seekor katak, karena dia memiliki teman yang sedikit, jadi dia putuskan untuk bermain sendiri di kebun dibelakang rumahnya, disaat itu dia sedang berjalan pulang dan melihat katak, lalu ia dengan rasa penasaran ingin melihat organ dalam dengan matanya sendiri, dia memutuskan untuk mengambil tongkat dan memukulnya hingga mati, dia merasa senang melakukan itu, lalu ia menyobek kulit katak dengan benda-benda yang tajam disekelilingnya, dia mulai bermain-main dengan organ dalam katak tersebut, dan darah berlumuran ditangannya. Dia terlihat senang sekali, ini pertama kalinya ia melihat organ-organ dalam. Perilakunya itu tidak diketahui oleh kedua orang tuanya.
Dia terus melakukan operasi-operasi di kebun belakang rumahnya, tapi dia merasa bosan dengan katak, dia mencoba hal yang lain, yang selanjutnya adalah kelinci. Dia melihat seekor kelinci liar di kebun belakang rumahnya. Lalu ia melempar batu sehingga kelinci itu terluka dan ia mengambil tongkat lalu membunuhnya. Dan ia langsung memulai operasinya, tapi kali ini ia kesulitan merobek kulit kelinci liar tersebut. Dia pulang kerumahnya untuk mengambil pisau, dan kembali lagi menuju tempat dimana ia membunuh kelinci tersebut. Dia terlihat sangat senang, karena ia melihat organ-organ lebih banyak.
Waktu terus berlalu, dan kelakuannya semakin tak tentu arah. Dia menjadi maniak pembunuh binatang, tapi Saeko bukan orang yang bodoh, dia selalu mengubur binatang yang ia bunuh. Dia akhirnya disekolahkan dan masuk SD, dia merupakan orang yang berhasil di sekolahnya, selalu mendapatkan nilai yang bagus, namun disamping itu, dia juga sering diperolok karena dia tidak sering berbicara dan juga canggung dalam soal sosialisasi serta lebih sering bermain sendiri, tapi dia akhirnya dapat seorang teman bernama Ritsu. Selama 3 tahun tanpa henti mendapatkan perolokan dari temannya, akhirnya Saeko merasa kesal kepada salah satu temannya yang merupakan biang kerok dan pencetus olokan untuk Saeko, Ritsu selalu membuatnya sabar dan membuat si biang kerok itu diam. Lalu mereka masuk SMP bersama, dan SMA yang sama disaat itulah Saeko mengalami nikmat yang sangat menyenangkan dan memulai kepribadian sebagai seorang maniak.

Bagian 1 : The Feeling That She Never Felt Before

"Hei kau manusia hewan, hahahahaha.... sana main dengan binatang-binatang kesayanganmu... hahahaha" kata Kiba si Biang Kerok yang merupakan teman sejak SD Saeko yang sering mengolok-olok Saeko.
"Eh, Ritsu, ngapain main sama si manusia hewan? nanti kamu akan ketularan juga..." kata Len, sahabat Kiba yang juga teman dari SD dan SMP.
"Mmmm, kalian maunya apa sih? Saeko ga pernah jahat ke kalian, tapi kalian sering jahat ke Saeko... Saeko itu baik ga pernah jahat seperti kalian..." kata Ritsu, lalu Ritsu melihat Saeko, Saeko hanya terdiam membisu sambil mengepalkan tangannya.
"Saeko? kamu ga apa-apa kan?" tanya Ritsu yang keheranan.
Lalu, tiba-tiba Saeko mengambil tempat pensil yang terbuat dari besi, dan mengambil penggaris.
"Eh, Saeko? Kamu ngapain ngambil penggaris, mau ngapain? sekarang kan sudah waktunya pulang, hahahaha" kata Kiba sambil tertawa bersama gengnya.
"Kiba, sudah! kau tidak lihat Kiba mengeluarkan air mata?" kata Ritsu dengan marah.
"Hah? Saeko nangis? hahahaha" Kiba kembali tertawa.
Dengan tiba-tiba Saeko mengambil penggaris besi, dan berdiri.
*plak
Saeko memukul kepala Kiba dengan keras dengan ujung penggaris tersebut dan menendangnya hingga terjatuh, lalu Ritsu dan Len terdiam dengan sikap Saeko yang tidak biasa. Saat itu, keadaan kelas Saeko sudah sepi, karena biasa Saeko dan Ritsu sering mengerjakan PR pada saat pulang sekolah.
Lalu Saeko dengan wajah yang tidak biasa, berjalan kearah Kiba yang kepalanya berdarah, lalu mulai menginjak-injak Kiba dengan penuh amarah karena kesal yang ia rasakan selama bertahun-tahun. Karena Saeko jika melihat darah, ia langsung tersenyum kegirangan.
Saeko terus menginjak-injak badan Kiba yang kesakitan, lalu Ritsu pergi dan menahan Saeko.
"Saeko, stop hentikan..." teriak Ritsu sambil menahan Saeko. "Len, panggil ibu guru.." lalu Len bergegas berlari, menuruni tangga ke ruang guru.
"Saeko, stop Saeko, sadar..." Ritsu terus menahannya.
"Grrhhh, grrhhhh, lepasin, ggrrhhh, lepasin..." kata Saeko terus menggertak dan Saeko terlepas dari cengkraman Ritsu, dan ia langsung berbalik ke arah Ritsu dan tanpa sadar ia menampar muka Ritsu.
*plak
"Aaaahhhhh,,,,," Ritsu teriak kesakitan.
"Menyingkirlah..." kata Saeko setelah menampar Ritsu.
Lalu Kiba merangkak ke arah pintu keluar kelas, tapi Saeko kembali menendang Kiba yang hampir tidak berdaya.
"Mau kemana kau binatang kecil? Hah? HAHAHAHAHA" kata Saeko dengan raut muka sama seperti saat ia membunuh binatang, emosi seorang maniak.
Saat Saeko mengangkat kakinya untuk menginjak kepala Kiba, Ritsu berteriak untuk menghentikan Saeko.
"SAAEEEKOOOOOO!!!! HENTIKAAAAN!!!" teriak Ritsu, dengan tiba-tiba Saeko berhenti untuk menginjak kepala Kiba. Dan akhirnya Len bersama guru Urahara dan suster Ino datang ke kelas Saeko dengan membawa peralatan P3K.
"Pak Guru, tolong..." kata Kiba dengan nada kesakitan.
"Astaga Kiba, lukamu cukup parah" lalu Urahara menoleh kearah Ritsu yang mencoba bangun sehabis terkena tamparan Saeko, "Kau juga tidak apa-apa Ritsu?" tanya Uruhara ke Ritsu.
"Aku tidak apa-apa pak..." jawab Ritsu. Ritsu melihat ke arah Saeko yang tertunduk di depan kelas dan ia pun mendekatinya dan berada di sampingnya,
"Saeko? Kau tidak apa-apa?" tanya Ritsu. Saeko tidak menjawab, lalu Ritsu tunduk dan melihat muka Saeko yang tertunduk. Apa yang dilihat Ritsu, sulit di percaya, Saeko malah tersenyum dan mulai mengangkat tangannya dan mulai tertawa.
"hmm hehehehe, hemmm, hehehehehehe, mmhhmhhh,,,," tawa Saeko dengan pelan.
"Saeko, Saeko, sadarlah, sadarlah...." kata Ritsu sambil menarik dan mendorong bahu Saeko untuk menyadarkannya. tapi tiba-tiba Saeko pinsan dan jatuh ke arah Ritsu.
*brug
Saeko bersandar di bahu seperti sedang memeluknya.
"Pak Urahara, pak Urahara, Saeko pinsan...!!!" teriak Ritsu memanggil pak Uruhara.
"Suster Ino, kamu bawa Ritsu yang terluka, Len, kamu bawa temanmu ini, aku akan membawa Saeko." kata Urahara memerintahkan Suster Ino dan Len.
"Baik, pak" respon Ino.
Setelah itu keenam orang-orang itu dibawa ke UKS Sekolah. Dan orang tua dari kedua murid itu dipanggil oleh kepala sekolah. Tapi orang tua Saeko tidak berkenan hadir karena urusan mereka yang terbilang sibuk. Dan akhirnya Saeko hanya menerima surat teguran dan kepada orang tua Saeko. Saeko memang dirumahnya jarang mendapat perhatian dari kedua orang tuanya, terutama dia hanya anak satu-satunya.
Setelah beberapa saat Saeko berbaring di ruang UKS, akhirnya Saeko sadar kembali, tetapi dia tidak ingat apa.
“Hmm? Dimana aku?” Tanya Saeko yang baru sadar.
“Ah, akhirnya kau sadar juga Saeko, kau sudah 2 jam pinsan” jawab Ritsu yang menemaninya.
“Memangnya apa yang terjadi denganku?” Saeko kembali bertanya. Namun Ritsu hanya terdiam tertunduk. “Ritsu? Kaukenapa?”
“Eh, eh tidak apa-apa ko… hehehe” jawab Ritsu.
“Kenapa dengan pipimu?” Saeko menanyakan bekas tamparan penggaris besi di pipinya sambil menunjuknya.
“Eh ini, ini hanya… aku terjatuh dan pipiku terkena pintu… hehehe” Ritsu kembali menjawab.
“Oh, begitu… tapi bukan karenaku kan?”
“Ya, tenttu saja bukan… hehehe… aku memang anak yang ceroboh…”
“Aku tahu Ritsu berbohong kepadaku… Tapi…” gumam Saeko dalam hatinya.
“Eh, Saeko… Ini sudah jam 5 sore… kau mau pulang? Sepertinya kamu sudah mampu untuk berjalan” ajak Ritsu.
“Baiklah…” respon Saeko.
Akhirnya mereka pulang bersama-sama. Pada saat perjalanan pulang, Ritsu memberikan surat teguran orang tua kepada Saeko yang tadi ia lupa untuk berikan.
“Eh iya Saeko…”
“Hmm? Apa?
“Tadi kepala sekolah memberikan ini padaku dan dia bilang untuk memberikannya kepadamu”
“Hmm? Apa ini?” Tanya Saeko tentang surat ini.
“Ini surat teguran untuk kedua orang tuamu, mereka seharusnya dating dan bertemu dengan kepala sekolah untuk membicarakan tentang perkelahianmu dengan Kiba” jawab Ritsu.
Setelah mendengar kata-kata dari Ritsu, Saeko tiba-tiba kembali mengingat perkelahian dia dengan Kiba, saat mengingatnya ia terhenti dan tubuhnya bergetar dan Saeko langsung memegang kepalanya.
“Eh Saeko? Saeko? Kau tidak apa-apa?” Tanya Ritsu.
“Eh eh, aku tidak apa-apa… aku hanya sedikit pusing.”
“Baiklah, ayo cepat kita pulang agar kamu bisa istirahat.”
“Mmm” kata Saeko sambil menganggukan kepalanya.
Akhirnya mereka pulang ke rumah mereka masing-masing. Dan saat perjalanan pulang, karena Saeko dan Ritsu rumahnya berbeda jalan, Saeko harus berjalan sendirian ke rumahnya. Diperjalanan Saeko hanya tertunduk dan tangannya bergetar, keringat dingin mengucuri tubuhnya.
“Ada apa dengan tubuhku ini…? Aku seperti merasakan sesuatu hal yang sulit untuk aku ungkapkan… dari tadi aku hanya gemetaran… Aku… Aku… Ini aneh…” Gumam Saeko dalam hatinya.
Setelah beberapa menit ia berjalan kaki, akhirnya telah sampai dirumah, namun seperti biasa, rumah Saeko selalu sepi.
“Aku pulang…” Kata Saeko ketika ia membuka pintu rumah, dan seperti biasa jarang ada yang menjawab. Saeko langsung bergegas ke kamarnya.
Sesampainya Saeko dikamarnya yang terletak di lantai, Saeko langsung terbaring lesu, dan tanpa disengaja perasaan yang terus menghantui Saeko kembali muncul, tubuh Saeko kembali gemetaran.
“Tolong, jangan… Aku tidak ingin merasakan ini lagi… tanganku kembali bergetar seperti ingin mengulangnya lagi… jantungku terus berdebar kencang, aku merasa seperti hilang rasa… Stoooppp, sttoooooooooooop” teriak Saeko dalam hatinya sambil memegang kepalanya dan menjenggut rambutnya. “Pergilah... pergilaaaahhh…” Saeko berteriak seperti ia melihat hantu. Tapi semua usaha Saeko sia-sia dan ia kalah kepada sifat maniaknya.
“Hehehe… HEHEHEHE… HAHAHAHAHAHAHAHA… HAHAHAHAHAHAHA… HAHAHAHA…” Tawa Saeko seperti kerasukan. “Hrrgghhh… Aku ingin melakukannya lagi.. Hrrgghhhh… Hrrrgghhhh… HAHAHA… Perasaan ini… Hehehe… Tak pernah aku alami sebelumnya… Hehehe… Aku seperti tidak ingin kehilangan perasaan ini lagi…” kata Saeko dengan tawa maniak dan senyuman seorang pembunuh berdarah dingin.
Tiba-tiba ada seseorang mengetuk pintu rumah Saeko.
*tok tok tok *tok tok tok
“Permisi apa ada orang, ini dari kepolisian…” kata polisi sambil mengetuk pintu.
“Heh…” Entah kenapa perasaan maniak Saeko tiba-tiba setelah polisi mengetuk-ngetuk pintu rumah Saeko. Saeko terdiam sejenak menetralkan perasaannya.
“Halooo…” Polisi sekali lagi memanggil penghuni rumah.
“Eh? Ada orang?...” Tanya Saeko. “Tunggu sebentar” Saeko berjalan menuju pintu rumah, tetapi dia mencuci muka dulu di dapur.
*trek
“Iya ada apa?” Tanya Saeko kepada polisi sambil membukakan pintu.
“Kami dari kepolisian, apa benar ini kediaman Busujima?” Kata Polisi bertanya pada Saeko.
“Ya… ada apa ya? Sore-sore seperti ini…” jawab Saeko.
“Maaf mengganggu, tapi kami punya berita yang harus di beritahukan kepada nona”
“Panggil saja aku Saeko, berita seperti apa?”
“Kami mendapatkan berita bahwa Pak Brigjen Busujima dan ibu Yoshii Busujima mengalami kecelakaan di jalan tol”
Saeko terdiam sejenak, “A, a, ayah? I, i, ibu? Kecelakaan?” Tanya Saeko dengan heran.
“Ya, kami mendapatkan info ini tadi siang pukul 3, tadi kami sempat menuju kesini namun tidak ada siapa-siapa…”
“I, i, ini…”
“Kami turut berduka atas kepergian mereka…”
Lalu tiba-tiba Saeko pinsan ditempat… Dan langsung polisi tersebut membawa Saeko yang pinsan ke rumah sakit karena menurut polisi tersebut Saeko kekurangan oksigen.

Penulis : AOV2 ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Chapter 1 # The Feeling that never felt before ini dipublish oleh AOV2 pada hari Jumat, 03 Agustus 2012. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan Chapter 1 # The Feeling that never felt before
 

0 komentar:

Posting Komentar